Sabtu, 18 Agustus 2018

Its Really Nice To Be Back.....

Its really nice to be back....
setelah sekian lama mengukung diri dengan kerjaan dan tiada waktu untuk ber-media sosial, senang rasanya bisa balik dan mencoba menulis lagi...
seperti biasa, tulisanku mungkin akan penuh dengan keluhan dan sisi hitam.... tapi anggap saja ini diariku yang terdalam...
dimana aku merasa lebih bebas dalam mengungkapkan segalanya tanpa ada yang tau...
Hmmm.... mulai dari mana aku bisa bercerita kali ini?
Mungkin dari ketika aku mulai memasuki dunia kerja kantoran dan melepaskan diri dari titel guru. Meskipun pada awalnya belum sepenuhnya, akhirnya sekarang aku benar-benar terbebas. Bila kau tanya apakah aku merindukan saat-saat menjadi guru? Tentu jawabnya 'pasti'.
Apa yang membuatku rindu? Tentu saja suasananya, murid-murid di sekelilingku dan pandangan mereka yang seakan menganggapku sebagai seorang ibu. Ibu pengganti selama di sekolah...
Rasanya nyaman ketika aku sendiri terus mengasah ilmu pengetahuanku dengan mengajar... Aku menjadi berpikir dan kembali belajar seperti layaknya meraka yang belajar padaku.
Tapi kalau kau tanya apakah aku menyesal melepaskan titelku itu? Aku pikir aku tidak menyesal, karena di kantor pun ternyata aku bisa mengajar.
Mengajar segala macam hal yang aku bisa pada orang di sekitarku... Tapi melihat murid-murid dan keponakanku yang semakin besar, semakin aku merasa tua dan berpikir 'Ah... Aku belum menikah saat ini...'
Jangan salah berfikir jika aku menyesali keputusanku belum menikah, aku mencoba untuk tidak menyesali keputusan yang kubuat, meskipun ada beberapa waktu dan beberapa orang yang aku sesali pergi begitu saja dari hidupku... Semoga tidak ada lagi orang ku sesali pergi... Tapi apa daya, smua orang yang pergi memang sudah ditakdirkan untuk pergi, karena aku tidak yakin dapat membuat mereka bahagia bersamaku.
Keputusanku belum menikah mengantarkanku bekerja pada kantor yang dulu menjadi kantor bapakku ketika pertama kali beliau menginjakkan kaki di kota ini, dan itu mengantarkanku bertemu dengan banyak teman yang kini sudah menjadi keluargaku...
Meski lelah karena tahun ini aku dituntut untuk kerja lebih keras, tapi aku merasa nyaman.
Kantor ini yang membawaku bertemu dengan 'kecengan'ku. Orang yang ketika pertama kali aku masuk, aku langsung merasa dan berdoa 'semoga aku tidak mencintainya dan memiliki affair dengannya' karena dia sudah beristri, meskipun dia merupakan 'tipe'ku banget. Tinggi, Tegas dan sayang ma istri dan anaknya... dan beberapa waktu ini aku mengetahui kalau dia hapalannya baik meski bacaannya belum begitu baik.
Aku selalu tersipu malu jika di dekatnya, harumnya aku kenal dan pernah juga aku seperti bisa memanggilnya dengan hatiku...
Jangan salah, aku tidak bermaksud menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya, dan aku juga tidak mencintainya. Tapi di waktu itu, aku bisa mengetahui kedatangannya bahkan sebelum dia datang. Karena ia mengirimkan harumnya pada sekelilingku. Dan aku berusaha menjaga jarak dengannya.
Ketika aku mulai merasa jarak antara kami mencair dan membuat orang salah paham, aku akan mulai menjauh darinya. Menghindarinya semampuku... sampai satu ketika kami yakin orang tidak ada lagi yang salah paham dengan pertemanan kami. Karena kami memang berteman dan akan selalu seperti itu...
Ada teman yang akan tetap menjadi teman dan tidak akan menjadi lebih, dan dia orang yang seperti itu, bersama dengan teman-temanku yang lain, meskipun hubungan kami sangat dekat sekali.
Ah ya, ini bagian terbaiknya dari tulisanku, aku mulai merasakan lagi jatuh hati.
Hal yang aku rasakan dulu bersama seorang Adit, kini aku rasakan lagi dengan orang ini. Orang yang belum beristri, namun aku tak tahu apakah dia sudah memiliki seorang calon istri.
Perasaan ini baru kusadari Sabtu kemarin, ketika dalam perjalanan aku membaca sebuah webnovel cinta dan tiba-tiba teringat akan dirinya.
Aku merasakan jatuh cinta pada saat itu juga dan patah hati pada saat yang sama ketika aku mendengar banyak rumor bahwa dia akan menikah dalam waktu dekat. Kemungkinan tahun depan dia akan menikah, entah dengan siapa.
Karena dia seperti mencari-cari tanggal yang baik untuk menikah tahun depan, dan dia memang ingin sekali menikah tahun depan, meskipun dia bilang padaku dia tidak memiliki orang yang akan dia ajak menikah. Benarkah seperti itu?
Awalnya dia bukan orang yang aku lihat. Temanku malah yang menyadari keberadaannya dan tertarik dengan dirinya, sedang aku merasa dia biasa dan aku lebih fokus pada diriku dan 'keluargaku' di kantor. Tidak banyak interaksi diantara kami. Tapi semenjak temanku menyatakan ketertarikannya, aku seperti mulai menyadari keberadaannya dan ingin tahu. Seperti apa orangnya dan bagaimana dia... Aku mulai sadar dan mencoba melihat segala gerak geriknya. Mulai tertarik.
Takdir (jika aku bisa mengatakannya seperti itu) yang membawa kami akhirnya menjadi partner dalam bekerja, dan sejak itu aku seperti mulai dipaksa untuk benar-benar bisa melihat dirinya. Kesukaannya, Sikapnya, Visinya dan lain-lain. Banyak hal yang aku merasa dia selalu menjelaskan apapun tentangnya padaku. Seolah berfikir untuk tidak membuatku salah faham, tapi untuk apa?
Dan entah sejak kapan aku merasa tidak bisa bekerja jika tidak ada dia disisiku, sepertinya keberadaannya cukup berarti.
Aku mulai merasa tidak bisa jauh darinya, rindu dan merasa kesepian saat tidak bisa berhubungan dengannya. Aku yang merasa masa bodoh dengan telpon pintarku dan social mediaku mulai merasa seperti harus dekat dengan smua itu, karena aku ingin bisa membalas setiap dia mengirim pesan atau menelepon, dan ingin bisa berbicara dengannya tentang apapun berkenaan dengan sosial media.
Aku mulai memperhatikan semuanya tentang dia, wajahnya, tingginya secara fisik, dan ingin tahu tentang pengetahuan agamanya dan pola pikirnya akan banyak hal. Aku tahu aku merasa bodoh melakukan smua itu dan merasakan jatuh cinta ini padanya. Apalagi jatuh cinta ini pada akhirnya harus disertai dengan patah hati pada waktu yang bersamaan. Dia lebih muda, dan dia pasti bisa mendapatkan orang yang mungkin dia cintai (bila memang dia belum memilikinya).
Ahhh... aku hanya merasa, kapan aku bisa menemukan jodohku? Dan apakah dia jodohku? Mungkin kembali ini hanyalah suatu harapan kosong yang aku rasakan....
Ah ya, satu hal yang pasti, dia adalah satu-satunya orang yang tidak aku bandingkan dengan Adit. Apakah ini pertanda aku sudah bisa move on dan let go tentang Adit?
Yah.... aku masih harus menunggu untuk tahu...
Menunggu jodohku...
Semoga aku tak harus menyelesaikan S2 dulu sebelum menikah... dan jalan hidupku tidak lagi sama dengan jalan hidup Adit.
Semoga....

Kamis, 24 November 2016

Emmm... gimana y...

Akhir-akhir ini sering terpikir, saya itu mudah terpengaruh.
Beberapa waktu yang lalu saya bermimpi tentang seorang arwah anak kecil yang mengikuti gerakan saya.
Saya sangat takut dan kemudian terbangun dari tidur. Entah apa yang membuat saya resah karenanya.
Apa ini berarti saya sedang di ganggu makhluk astral? Hal ini bikin saya merasa takut, karena merasa pertahanan saya semakin lama- semakin menipis.
Sudah lama saya berusaha meninggalkan hal-hal mistis seperti itu dan berjalan dalam jalan logika.
Saya percaya akan adanya hal yang diluar kemampuan kita, tapi sudah lama saya meninggalkan hal seperti dejavu.

Hal yang meresahkan saya yang lain adalah saya bermimpi menikah dengan pria beristri.
Teman kerja yang tidak begitu dekat. Saya tidak pernah terpikirkan tentang orang ini, suka pun tidak.
Bukan orang yang saya ajak mengobrol banyak. Tapi mengapa dia yang ada di dalam mimpi saya? Meski di mimpi saya dia belum menikah.
Masih heran rasanya.
Alhasil ketika dia ajak ngobrol, saya sedikit melamun.
Kalaupun ada pria beristri yang saya suka, harusnya orang yang lain. Orang yang selalu bertengkar sama saya.
Karena orang itu tegas. Orang yang bisa galak dan lembut. Tipe yang saya suka.
Karena saya tipikal orang yang bandel, jadi perlu seseorang untuk mengingatkan.
Yah meskipun saya sampai detik ini tidak pernah merasa tertarik dengan orang yang sudah beristri atau pun memiliki pasangan.
Istri dan pasangan adalah salah satu hal membuat saya langsung tidak tertarik.

Tapi masih sedikit kepikiran, kenapa orang itu ya?
Hmmm... masih bingung.

Minggu, 10 Juli 2016

Sugesti

Cinta itu sebenarnya cuma sugesti. Semakin kita buat sugesti kalau orang itu adalah jodoh kita, maka semua kebetulan akan terlihat sebagai tanda-tanda dari dewa cinta...

- Paul (Film Where Is My Romeo) -

Kata-kata ini tidak sengaja saya dengar ketika menonton film Where Is My Romeo. Film drama romantis yang mirip dengan cerita teenlit. Kata-kata ini menjungkirbalikkan mengenai teori tanda dan pertanda. Yah... kata-kata ini lebih terlihat filosofis dan keluar dari mulut orang yang memahami masalah psikologis, dalam hal ini Paul, tokoh yang digambarkan sebagai pengarang novel.
Saya hanya bisa terdiam sejenak dan berpikir. Jika Cinta benar adalah sugesti, maka siapakan yang mensugesti saya agar selalu teringat akan dirinya? Dan berarti ketidakmampuan saya buat move on adalah karena tidak adanya sugesti yang diberikan untuk saya dapat melupakan dia?
Tapi jujur saya katakan, saya termasuk orang yang sangat tidak percaya dengan kebetulan. Karena setiap hal yang ada di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Semuanya sudah terencana dengan rapi oleh Sang Maha Merencanakan. Jadi apakah masih itu merupakan sebuah sugesti? Ntahlah.
Jika cinta itu hanya sugesti, maka saya ingin mensugesti diri saya untuk bisa berpikir bahwa dia tidak sempurna untuk saya.
Karena sampai detik ini, saya masih percaya dia sempurna untuk saya dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Mungkin, pengakuan atau berita bahwa dia telah menikah adalah sugesti yang sempurna untuk saya bisa melepaskannya dari ingatan saya.


11-07-2016
Masih Menunggu...

Rabu, 23 Maret 2016

Assalamu'alaikum Beijing...

Ini kali kedua saya menonton film Assalamu'alaikum Beijing yang diadaptasi dari novel Asma Nadia. Nama tokoh utama nya pun sedikit mirip, Asmara Nadia dan di situ dia menulis sebuah buku yang berjudul 'Surga Yang Tak Dirindukan' yang merupakan buku lain dari Asma Nadia. Mungkin memang setiap penulis ingin memberikan sentuhan personal akan setiap bukunya, yah... hanya sedikit sekali yang tidak memasukkan bumbu kepersonalan itu dalam karya-karyanya.
Saya menyukai tulisan Asma Nadia, walaupun bukan orang yang sangat suka sekali membaca karya-karyanya (karena satu dan lain hal), tapi saya benar-benar menyukai karyanya. Sederhana,namun masih ada pendidikan dan pemikiran dalam di dalamnya, terutama bagaimana kita beramal diantara sesama dalam koridor yang syar'i. Istilahnya Ngepop classics. Ngepop, tapi masih ada sentuhan klasik disana-sininya.
Assalamu'alaikum Beijing menceritakan tentang seorang gadis bernama Asmara Nadia. Adegan awal dibuka dengan pembicaraan mengenai pembatalan pernikahan antara Asma dan Dewa karena Dewa berselingkuh dan menghamili seseorang bernama Anita. Dewa masih ingin bersama Asma karena dia bilang hanya mencintainya saja. Bagi saya kata-kata ini seperti pepesan kosong, karena tidak mungkin dia berselingkuh dengan orang lain kalau dia benar-benar mencintainya. Cinta ya artinya menjaga.
Kemudian Asma menjadi penulis kolom di Kantor Korensponden Berita Indonesia di Beijing. Ketika sedang mencari bahan dengan berkeliling, Asma bertemu Zhong Wen di bus. Zhong Wen teringat akan Ashima ketika mendengar nama Asma. Ashima adalah perempuan dalam legenda Cina.
Ashima adalah seorang gadis yang hidup di Yunan, dia adalah gadis yang tercantik dan memiliki pribadi yang sangat baik. Dia menyukai seorang pemuda desa sederhana bernama A He. Namun seorang anak kepala suku bernama A Chi juga menyukainya dan berupaya mendapatkannya. Ashima menolak. Kemudian karena marah A Chi menculik Ashima. A Chi berusaha membuat banjir besar dan menenggelamkan seluruh desa beserta penduduknya. A He berusaha mencari Ashima, tapi sayang Ashima sudah menjadi patung batu. Sejak saat itu, setiap A He merindukan Ashima, dia akan mendatangi patung batu tersebut dan berbicara dengan patung Ashima. Yang terdengar hanyalah gema. Gema ini adalah bisikan cinta Ashima pada A He, dan ini cukup untuk menjaga kesetiaan A He pada cinta Ashima.
Seperti cerita itu, Asma jatuh hati pada Zhong Wen dan sebaliknya. Sayang cinta itu terhalang perbedaan agama. Diantara mereka hadirlah Dewa kembali yang bermaksud untuk bersama Asma, dia bahkan berencana menceraikan istrinya. Namun Asma menolaknya. Ketika Asma dan Zhong Wen berencana untuk pergi melihat patung Ashima di Yunan, desa kelahiran Zhong Wen, Asma jatuh sakit dan pulang kembali ke Indonesia. Zhong Wen kecewa. Asma menderita penyakit APS (Anti Postpolipid Syndrome), Sindrom pengentalan darah yang bisa terjadi setiap saat yang menyebabkan penggumpalan darah. Penyakit ini hanya dapat di cegah/ disembuhkan dengan obat pencair darah. Terdapat 2 (dua) jenis APS yaitu, Primer (tidak bisa disembuhkan hanya bisa dicegah untuk penyumbatannya) dan Sekunder (masih bisa di sembuhkan). Penyakit ini dapat membuat Asma keguguran setiap saat dan sulit memiliki anak. Penyakit ini sempat membuat Asma terkena stroke, sakit jantung dan lumpuh. Namun Asma berjuang melawan sampai akhirnya sembuh kembali. Ketika pada akhirnya Zhong Wen menemui Asma di Indonesia, Asma kembali terkena serangan yang menyebabkannya kehilangan penglihatan dan Zhong Wen pun tahu keadaan Asma yang sesungguhnya. Zhong Wen menemani Asma dalam keadaan koma dan meminta restu ibu Asma untuk menikah dengan Asma. Asma akhirnya sadar namun kehilangan suaranya dan tidak bisa bicara lagi. Pada Awalnya Asma menolak menikah dengan Zhong Wen karena merasa tidak sempurna, namun Zhong wen meyakinkan Asma untuk menikah dengannya.
Untuk mendapatkan cinta yang sempurna, tidak membutuhkan fisik yang sempurna...
Dan akhirnya mereka pun menikah dan tinggal di Beijing. Zhong wen ternyata memiliki paman yang ahli obat-obatan, yang ternyata dulu pernah di wawancarai oleh Asma, dan memberikan ramuan yang harus di minum tiga kali sehari untuk mencairkan pengentalan darahnya. Akhir film ini ditutup dengan kabar kehamilan Asma dan keyakinan Asma akan anak yang dikandungnya akan dapat bertahan.
Dia akan setangguh cinta ayah dan ibunya..

Film ini sederhana, hanya tentang cinta. Namun cinta yang digambarkan di film ini bukan cinta yang menggebu dan harus mendapatkan apa yang dicintai. Film ini bercerita tentang bagaimana cinta seharusnya. Cinta itu menjaga, cinta itu menghormati, cinta itu ikhlas. Dan cinta disini berada dalam koridor kesopanan dan kehormatan. Terlihat bagaimana Asma mencintai namun masih tetap menjaga dirinya. Bagaimana Zhong Wen mencintai namun juga masih menjaga kehormatan Asma. Film ini juga bercerita tentang menghormati perbedaan agama. Bukan berarti ketika berbeda kita tidak dapat menghormati orang yang beda agama dengan kita. Dan juga film ini juga menggambarkan tentang jodoh tidak akan kemana. Zhong Wen kecewa ketika di tinggal Asma, namun dia tidak bunuh diri atau malah jadi berpaling menjadi buruk. Dia malah menemukan cinta dan keikhlasan serta hidayah untuk masuk islam.
Berbeda dengan film 'Ketika Cinta Bertasbih' yang perlu nonton 2 kali baru bisa suka. Saya langsung menyukai film ini ketika pertama kali menontonnya, hal inilah yang menggerakkan saya untuk menonton sampai dua kali. Saya tertarik dengan Zhong Wen, dan tertarik dengan Morgan Oey yang memerankannya. Hmm... tapi tak mungkin, karena dia bukan muslim. Dan seperti kata Ridwan (salah satu tokoh dalam film itu yang merupakan suaminya sekar) bahwa
Yang penting iman, romantis bisa menyusul..

23 Maret 2016
Ingin segera menikah (masih dalam penantian)

Kamis, 26 November 2015

Pertanda..

Temanku sering kali bercerita tentang pertanda. Karena dia merupakan seorang yang indigo (katanya), maka dia selalu perhatian dengan semua tanda-tanda. Biasanya angka, atau malah mimpi atau juga suatu bayangan. Bagiku tak ada masalah, karena untuk seorang yang bukan indigo seperti aku, aku juga sering mendapatkan pertanda. Biasanya dengan suatu keyakinan hati.
Tanda atau pertanda bukanlah suatu hal yang sangat asing bagiku, karena selama kuliah, aku mendapatkan pelajaran mengenai tanda atau pertanda. Tanda atau Sign termasuk pada mata kuliah linguistik, dimana aku berkenalan dengan salah satu tokohnya yaitu
Ferdinand de Saussure
. Menurut Saussure,
semua yang ada di dunia ini adalah teks, dan semua teks adalah tanda/pertanda
. Semua adalah tanda, termasuk warna baju yang kita pakai mengisyaratkan sesuatu.
Tapi warna baju bagiku bukanlah suatu pertanda, karena selama aku kuliah aku tidak pernah merasa harus memilih-milih warna baju yang kupakai. Aku hanya memakai baju yang saat itu masih bersih atau yang sudah kujemur. Mau itu sudah di setrika atau belum, aku tidak pernah mempedulikannya. Kalau lagi rajin, tentu saja baju itu sudah aku setrika, tapi kalau tidak rajin dan memang lebih seringnya aku tidak rajin, baju itu kupakai begitu saja walaupun masih kusut dan baru kuambil dari jemuran. Jadi bagiku, warna baju bukanlah suatu pertanda, tapi kusut atau tidak bajuku itu barulah suatu pertanda (pertanda aku sedang rajin atau tidak).
Yah... semua memang bisa di jadikan pertanda, mulai dari yang mistis sampai yang logis sepertiku.
Tapi aku sempat juga terpengaruh dengan ucapan temanku itu. Dulu, beberapa tahun yang lalu, dia sangat senang membaca buku numerologi karangan Glynis Mccants. Dimana kita bisa membaca seseorang dari perhitungan nama dan tanggal lahir.
Caranya, kita menambahkan huruf vokal pada nama kita hingga menjadi satu digit nomor, maka akan terbentuklah soul number. Dari namanya kita bisa tahu bahwa itu adalah nomor dari jiwa (kata buku numerologi). Nomor yang akan memberi tahu apa yang harus di penuhi agar jiwa kita nyaman/ ga gampang stress.
Penambahan huruf konsonan dari nama kita menjadi satu nomor akan membentuk personality number. Dalam buku ini di sebutkan bahwa personality number adalah nomor yang menggambarkan bagaimana orang lain/lingkungan sekitar melihat kita. Penambahan antara soul number dan personality number menjadi satu nomor, di sebut power name number. Nomor ini dikatakan sebagai nomor yang paling menunjukkan karakter diri seseorang.
Nomor selanjutnya adalah penambahan tanggal lahir menjadi satu nomor yang disebut birthday number. Nomor ini dikatakan nomor first impression, atau bisa dibilang persepsi ketika pertama kali bertemu. Selanjutnya adalah Attitude Number, nomor ini didapat dengan menambahkan tanggal lahir dan bulan lahir. Sama seperti namanya nomor ini juga merupakan nomor bagaimana seseorang menampilkan dirinya pada orang lain.
Nomor yang terakhir adalah Life Path, kita bisa mendapatkannya dari penambahan tanggal lahir, bulan lahir dan tahun lahir kita sampai menjadi satu nomor. Sesuai dengan namanya, Life path adalah lintasan takdir hidup seseorang (menurut buku itu).

Lalu apa hubungannya ini dengan pertanda?
Hubungannya adalah, saya pernah benar-benar begitu percaya dengan pembacaan karakter ini hingga merasa terhanyut dan terobsesi dengan seseorang.
Ini nomor saya yang di hitung:

soul number 5+6+9+9+1+9+1+1+9+9 = 5
Personality number 9+2+5+5+4+2+3+8+7+5+5+7+1+8 = 8
power name number 5+8 = 4
birth day number 2+9 = 2
Life path number 2+9+1+0+1+9+8+6 = 9
attitude number 2+9+1+0 = 3

Ini nomor orang itu dengan nama asli:

soul number 1+9+7+1+3+1+1 = 5
Personality number 4+8+2+7+9+5 = 8
power name number 5+8 = 4
birth day number 9 = 9
Life path number 9+1+2+1+9+8+6 = 9
attitude number 9+1+2 = 3

Nomor orang itu dengan nama panggilannya:

soul number 1+9+3+1+1 = 6
Personality number 4+2+7+9+5 = 9
power name number 6+9 = 6
birth day number 2+9 = 2
Life path number 2+9+1+0+1+9+8+6 = 9
attitude number 2+9+1+0 = 3

5 dari 6 angka kami sama. Jika yang digunakan nama aslinya. Jika yang digunakan nama panggilannya sehari-hari maka ada 4 angka yang tidak sama. Dua angka Challenge, dua angka compatible, dan dua angka natural match alias cocok/sama.
Challenge artinya perbedaan yang signifikan, dimana apa pun yang dikatakan akan selalu menimbulkan kesalahpahaman/ ketidakmengertian. Compatible artinya kita tidak selalu langsung mengerti apa yang dikatakan, tapi hal itu tetap membuat dua orang saling menarik, di situ orang bisa belajar setuju untuk ketidaksetujuan. ^^!
Natural match artinya cocok atau mudah untuk saling memahami.
Jika memiliki kesamaan nomor lebih dari 4, maka bisa dibilang mereka twin soul. Jiwa yang kembar. Makanya tak jarang (menurut buku) mereka akan saling mudah memprediksi kata-kata masing-masing.
Nah disinilah masalah itu muncul. Orang dengan nomor yang sama katanya akan memiliki jalan takdir yang tidak jauh berbeda. Dan hal ini membuat saya merasa kami cocok.
Saya ketika SMA sampai awal kuliah senang menggambar komik (meskipun hanya tokoh-tokohnya saja), dia ingin sekolah komik.
Saya ingin jadi penulis, dia seorang penulis.
Saya dan dia menjadi guru privat, lalu guru SD.
Tak jarang kami menyukai hal yang sama walau dengan alasan dan sudut pandang yang berbeda.
Dan beberapa hal yang membuat saya berpikir, apakah kita berjodoh?

(ok. kita lanjut kapan-kapan pembahasannya...)

Jumat, 12 Desember 2014

Selamat Jalan Tetehku yang Luar Biasa....

Dulu, ketika ayah temanku meninggal, aku tak tau harus mengatakan apa padanya...
Saat mendengar berita itu, aku hanya bertanya "trus kamu gimana?"
Aku kebingungan karena tak tahu harus berkata apa.

Sekarang, saat kakak iparku meninggal dunia, rasanya kata-kata "yang kuat ya?" atau "yang sabar ya?"
Itu hanya kata-kata kosong yang ga berarti apa-apa. Dan kata-kata 'trus gimana?' itu kembali aku pertanyakan.
Kepergian kakak iparku yang tiba-tiba itu, terasa menyakitkan. Memukul roboh semua kekuatanku.
Aku masih teringat saat-saat bersama beliau, curhatan-curhatan beliau, smua canda tawa beliau.
Ya Allah, mengapa kau berikan cobaan yang sangat berat ini...
Apakah ini caramu 'menamparku' untuk menyadarkanku.

Tak ada cela pada diri beliau, yang ada kebaikan dan kebaikan.
Semua teman, kerabat dan kolega, baik yang pernah bertemu atau yang tidak pernah bertemu, mengatakan smua kebaikan beliau.
Rasanya sulit hidup tanpa beliau, ga ada yang ngasih tahu aku harus bagaimana...
Terutama masalah mengasuh anak beliau.
Semua sinar seperti hilang dan terbang pergi seiring dengan kepergian beliau.

Anak pertamanya berubah malas melakukan apapun. Dia yang paling besar. Masih kelas 6 SD, tapi sudah mengerti.
Betapa menyesakkannya kepergian ibunya itu. 'Jagoan Ummi yang merupakan menantu idaman ibu-ibu komplek karena sudah bisa mengasuh adiknya dengan luar biasa.' Beliau mengatakan itu dengan rasa bangga seorang ibu.
Anaknya yang kedua jadi lebih sulit di atur. Lebih cengeng. "Anak aktif yang pengen jadi Koki buat Umminya." Beliau seringkali marah, sedih kalau anak nya yang kedua ini mulai kumat aktifnya, jailnya dan ga mau diemnya. Tapi di balik itu semua, Umminya merupakan orang yang paling bangga karena anak yang dulu paling lambat dalam semua hal, jauh lebih berkembang termasuk dalam segi hapalan Qur'annya.
Anak yang ketiga merupakan anak yang paling mirip umminya. Cantiknya, sabarnya, tegarnya, rajin belajarnya, semuanya mirip seperti umminya. Bahkan sekarang aku sangat bangga dan merasa kalah dengan ketegarannya. Dalam tubuh kecilnya, terdapat kekuatan yang luar biasa.
Anaknya yang ke empat adalah anak yang paling sering minta perhatian. Sering cengeng, tapi selalu bisa menghibur ketika umminya sedang sedih. Beliau pernah bercerita 'masa anak aku dikatakan lemot no sama gurunya... pengen di keluarin, tapi sekolah ini cuma batu lompatan sambil nunggu dia bisa sekolah di kuttab.' kata tetehku itu dengan geram. Rasanya aku juga bisa merasakan sakit hati yang sama.
Anaknya yang ke enam, adalah anak yang beliau nantikan setelah anak kelima beliau meninggal. Rasa kehilangan itu juga berat bagi beliau, hingga anak ke enam ini dengan sepenuh hati beliau lahirkan. 'Ini anak eksperimen no, dulu pas hamil dia, aku bacain dan dengarin Al-Mulk. Aku ingin tahu, umur berapa dia hapal Al-Mulk.'
Dan satu anak lagi yang ingin dia lahirkan, karena cita-cita beliau adalah melahirkan 7 orang anak yang hafizd Al-Qur'an.

Semua orang mengatakan kebaikan beliau, terutama cara beliau mendidik anak-anak beliau.
Begitu banyak hal yang masih ingin aku tanyakan kepada beliau. Masih banyak hal yang pengen aku ceritakan dan berbagi dengan beliau, tapi beliau pergi secepat ini.
Banyak sekali penyesalan... Salah satunya sdalah 'Kenapa aku ga ada selama satu minggu sebelum dia tiada? Semuanya mungkin akan berbeda... Kalau aku tahu sejak awal, dan mencegah semuanya terjadi.
Beban penyesalan yang akan selalu menggayuti hidupku.
Apalagi ketika aku baca WA nya pada kakakku, tentang ketakutan-ketakutannya, tentang keinginannya untuk melihat anak-anaknya besar dan menikah. Bahkan anaknya yang kedua mengatakan "katanya ummi pengen lihat aku hapal Qur'an di usia 14 tahun?"
Aku berfikir, aku harus bagaimana?

Masih teringat pagi itu sebelum berita kepulangannya, pada jam tiga pagi aku seperti mendengar beliau datang dan memanggil-manggil namaku.. "eno... eno..."
Pagi itu aku yakin beliau akan pulang, akan sembuh. Tapi aku tidak menyangka, kesembuhan dan kepulangan beliau adalah untuk bersama anak kelimanya.
Dengan berat hati, aku ikhlaskan dan aku relakan kepergian beliau, karena aku tidak mau keberatanku menahan beliau untuk berada di tempat yang jauh lebih baik.
Aku tidak berhak menyalahkan Allah karena menakdirkan semua ini, karena aku yakin ada jalan yang terbaik yang Allah akan kasih untuk kami semua. Seperti beliau yang telah memasrahkan anak-anaknya pada perlindungan Allah.
Karena kemarahanku pada takdir Allah yang membuatku sampai pada titik penyesalan ini.
Jadi, aku tidak akan pernah lagi menyalahkanNya. Karena rasa sayangku pada beliau aku belajar, betapa cintanya beliau pada Allah.
Mungkin ada hikmah lain di balik smua ini.
Selamat jalan kakakku yang luar biasa. Terima kasih engkau sudah mengajarkanku banyak hal, dan maaf karena aku belum bisa menjadi adik yang terbaik untukmu.
I LOVE YOU SISTER....



In Memoriam
My Sister, My Friend and My Teacher of Life
13-12-2014
Second Day of Losing you

Minggu, 26 Oktober 2014

Khairul Azzam

Tadi aku melihat film "Ketika Cinta Bertasbih", melihat Abdullah Khairul Azzam, pemeran tokoh utama di film itu, mengingatkanku akan dirimu. Lulusan S2 meski bukan dari kairo yang sederhana. Kalo tau aku menyamakanmu dengannya, pasti kau merendah, 'aku bukan siapa-siapa...' atau malah merasa tidak suka karena diperbandingkan. Tapi jujur, penggambarannya mirip denganmu, sedikit. hehehe...
Lalu, jika kau bertanya, 'Trus kamu mirip siapa disitu no?' Kamu pasti langsung berfikir aku akan menjawab bahwa aku seperti Anna kan? Salah satu tokoh utama wanita dalam film itu, karena kamu berfikir aku masih terlalu menyukaimu?
Tapi sebenarnya, jika pertanyaan itu kau ajukan, aku punya jawaban lain.
'Aku mirip dengan tetangga Abdullah Khairul Azzam atau Anna Althafunnisa yang bahkan tidak akan pernah masuk frame. Atau aku mirip dengan teman Ayatul Husna (Adiknya Azzam), atau temannya Anna yang bahkan saking tidak baiknya, tidak di restui oleh ibunya Azzam dan bahkan tidak masuk hitungan untuk di bicarakan sekalipun pada film itu.'
^^

Terlepas dari itu semua, aku tak tahu seberapa besar kekhawatiranmu padaku mengenai perasaanku atau mengenai keadaanku.
Aku hanya bilang, kau tak perlu khawatir...
Aku tidak akan menunggu, sungguh tidak akan menunggumu. Tapi jika kau ingin datang lagi, semoga lebih serius dari sebelumnya.
Kalau pun tidak, disini aku menantikan kabar bahagia darimu...
Seperti Eliana (tokoh di film yang sama) yang akan tetap memberikan Azzam selamat ketika menikah dan mendoakannya, meskipun dia menyukainya. Sayang, bahkan Eliana saja masih tampak lebih baik daripada aku.
I'll be still out of frame...

27 Oktober 2014
Tengah Malam meresapi makna 'KITA'